tari pendetSiapa yang tidak terenyuh kalau salah satu (bahkan lebih) kebudayaan bangsanya sendiri diakui oleh negara lain. Mungkin kita berasal dari satu rumpun, namun untuk mengakui salah satu dari ribuan hasil kebudayaan sebuah bangsa yang berbeda walau se-rumpun, jawabannya "nanti dulu Boss...". Anda pasti tahu tari pendet berasal dari mana?, ya pasti dari Indonesia lah, sejak kita mengenyam bangku SD sampai sekarang, tidak ada kamus yang mengatakan bahwa tari pendet berasal dari negara "M", iya khan?. Untuk hal ini saya mengacungkan "two thumbs up" buat presiden terpilih, yang secara lugas tanpa "menyinggung" perasaan negara "M" untuk lebih proporsional terhadap iklan visit "M" 2009 yang menampilkan tari pendet dalam iklan tersebut.

Memang issue ini sudah lama berkembang, dimulai dari diakuinya lagu "rasa sayange", reog ponorogo, batik, angklung sampai terakhir yaitu penayangan iklan visit "M" 2009, yang oleh pembuat iklan/rumah produksi iklan tersebut, menampilkan tari pendet, yang jelas-jelas merupakan tarian kebudayaan asli Indonesia tetapi kenapa tiba-tiba muncul di iklan tersebut?.

Beragam kecaman muncul dari masyarakat Indonesia, sampai-sampai akhirnya Presiden turut angkat bicara dan "menegur" pihak "M" untuk lebih proposional dalam menampilkan iklan visit negara tersebut. Apa arti dari proporsional dari perkataan orang nomor satu Indonesia tersebut?, kalau boleh saya mengartikan, teguran tersebut merupakan jawaban dari aksi pen-comot-an kebudayaan Indonesia yang begitu beragam dan ribuan jumlahnya. Saya yakin dengan begitu banyaknya kekayaan budaya negara ini, sehingga kita sendiri tidak tahu mana kebudayaan kita sendiri.

Adapula yang merasa acuh terhadap perkembangan ini. Mungkin masih dalam bulan Agustus dimana bangsa ini masih hangat dalam memperingati hari Kemerdekaannya, saya ingin mengingatkan rasa kebangsaan kita agar untuk terus melestarikan kebudayaan nasional yang merupakan warisan nenek moyang kita untuk kita terus kelola dan mewariskannya ke generasi anak cucu kita.

Mengutip wawancara sebuah stasiun teve semalam, saya mendengar penjelasan dari menteri kebudayaan Indonesia , bahwa pihak "M" ingin hal ini tidak dibesar-besarkan dan kalau bisa jangan sampai memancing kemarahan dari pihak Indonesia, yang kemudian dibantah oleh Bapak Menteri kita, lho kok aneh, lha wong mereka sendiri yang membuatnya, kok kita disuruh jangan membesar-besarkan, aneh?.


Kabar terakhir yang saya terima, akhirnya rumah produksi dari iklan Visit "M" 2009 tersebut meminta maaf dan menghilangkan tarian pendet dari iklan tersebut. Semoga kasus ini bisa menjadi pelajaran bagi kita untuk mencintai kebudayaan negeri kita sendiri dan menjadikannya sebagai asset yang tak ternilai bagi kehidupan bangsa kita sekarang dan yang akan datang untuk anak cucu kita.